Cerita Ahok Berulang Kali Maafkan Metromini

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menganggap ancaman demo serta mogok secara besar-besaran sudah sering disampaikan oleh pihak metromini.

Basuki mengatakan, dia sudah sering mengampuni tindakan serta memberi kesempatan kepada metromini. 

"Masih ingat enggak dulu kami mulai periksa kir semua dan kami tangkapi busnya karena ada yang meninggal. Mereka demo bakar bus transjakarta. Itu kami maafkan," kata Basuki, di Balai Kota, Senin (21/12/2015). 

Kemudian banyak insiden lain yang disebabkan metromini juga masih dimaafkan Pemprov DKI.

Kata Basuki, Pemprov DKI hanya meminta pemilik metromini untuk memperbaiki bus mereka masing-masing. Tak hanya itu, Basuki juga menawarkan pemberian training bagi para sopir.

"Operator bisa beli bus kami yang dijamin di bank. Karena kami bayar pakai sistem rupiah per kilometer," kata Basuki. 

Di sisi lain, Basuki menjanjikan pemberian gaji senilai 2-3,5 kali nilai upah minimum provinsi (UMP) kepada sopir metromini. Namun, tidak ada pengelola metromini yang berminat bergabung dengan PT Transjakarta.

"Saya sudah tawarkan solusi lho. Lalu mereka bilang PT Metromini-nya masih belum diputuskan SK-nya oleh Kemenkumham, ribut sendiri internal mereka," kata Basuki.

Penulis: Kurnia Sari Aziza
Editor : Ana Shofiana Syatiri

Related Posts:

Ahok: Caci Maki Saya, Daripada Ada Warga yang Mati Lagi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak mempermasalahkan jika banyak pengguna metromini yang mencaci maki kebijakannya.

Dia memilih warga ibu kota tidak memiliki bus metromini sebagai transportasi massal yang membahayakan nyawa penumpangnya.

"Metromini kan mau mojokin saya. Jadi masyarakat caci maki saya karena enggak terangkut karena metromini jelek pada mogok," kata Basuki, di Balai Kota, Senin (21/12/2015). 

"Saya dicaci maki seluruh warga DKI enggak apa-apa. Tapi semua metromini yang jelek ya saya tangkap dan kandangin, itu sudah keputusan saya," kata Basuki lagi. 

Selain itu, Basuki mengaku tidak mempermasalahkan terus didemo oleh sopir-sopir metromini. Para sopir itu kerap mengeluhkan nasib keluarga mereka yang tidak diberi nafkah.

Basuki mengatakan, alasan itu sering diungkapkan sopir-sopir ugal-ugalan.

"Kalau kamu sopir yang baik, gabung sama kami (PT Transjakarta). Diberi pelatihan, gaji dua kali UMP (upah minimum provinsi), enggak usah cari penumpang tinggal jalanin bus saja. Masa kamu enggak mau?" kata Basuki. 

Sebelumnya, para sopir metromini menggelar aksi mogok di sejumlah wilayah DKI Jakarta.

Mereka menyatakan, aksi tersebut merupakan bentuk protes karena banyaknya metromini yang dikandangkan Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta.

Beberapa hari belakangan ini, aksi ugal-ugalan sopir metromini menyebabkan banyak nyawa melayang.

Misalnya insiden antara bus metromini B 80 dengan KRL di pelintasan Stasiun Angke. Insiden ini menyebabkan 18 penumpang metro mini meninggal dunia.

Kemudian nyawa seorang anak kecil yang hendak sekolah juga melayang akibat ulah sopir metromini B 92, di Meruya Utara, Jakarta Barat. Sementara sang ibu yang mengantar anaknya koma.
Penulis: Kurnia Sari Aziza
Editor : Ana Shofiana Syatiri

Related Posts:

Jaman Ical, Golkar Kini Lebih Buruk dari Orde Baru!

Metrotvnews.com, Jakarta: Partai Golkar diambang batas terendah kepercayaan publik. Pascakasus yang menerpa mantan Ketua DPR Setya Novanto, Golkar dinilai akan terhempas bebas dari puncak klasemen terkait penunjukan Novanto sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar.

Pengamat Politik dari LIPI Ikrar Nusa Bakti menilai penujukan itu tak ubahnya seperti bunuh diri ala Partai Golkar. Partai beringin dianggap Ikrar, secara sengaja terus meruntuhkan citranya sendiri di mata publik.

"Maaf kata, saya berani katakan jangan-jangan Partai Golkar sekarang itu, lebih buruk dari orde baru," ujar Ikrar dalam Primetime News Metro TV, Sabtu (19/12/2015)

.Ikrar menuturkan, dahulu di era Presiden Soeharto dan Ketua Umum Partai Golkar pada masanya, tidak pernah menunjuk atau mengangkat kader bermasalah duduk di pucuk pimpinan DPR. Era orde baru, Partai Golkar konsisten menerapkan asas keanggotaan yang memenuhi unsur prestasi, dedikasi, loyalitas dan tidak tercela (PDLT).

"Pada masa itu saja, Soeharto atau ketua umumnya,  pasti mempertimbangkan bagaimana persepsi publik mengenai Partai Golkar di DPR. (Dahulu) tidak mungkin secara etik sudah tercela, dijakdikan ketua fraksi era orde baru," tukas dia.

Ikrar menyadari, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) memiliki hak prerogatif menentukan nama yang pantas duduk di pimpinan fraksi. Namun, Ical diminta memerhatikan kepantasan publik.

ALB

Related Posts:

Pimpinan baru KPK didesak selesaikan kasus RJ Lino, biar dipercaya

Pimpinan baru Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diharapkan mampu menuntaskan kasus menjerat bos PT Pelindo II, RJ Lino. Langkah ini diambil guna membuat rakyat yakin kinerja mereka.

"Kasus RJ Lino bisa menjadi langkah awal mereka (pimpinan KPK baru) untuk bisa mengembalikan kepercayaan publik kepada KPK," kata Peneliti Formappi Lucius Karus kepada merdeka.com, di kantornya, Jakarta, Minggu (20/12).

Keraguan publik terhadap integritas KPK lantaran pimpinan yang terpilih 17 Desember lalu sebagian menyetujui adanya revisi Undang Undang KPK. Ditambah lagi Capim yang berasal dari internal KPK, seperti Johan Budi, Busyro Muqoddas, tidak ada yang terpilih.

"Saya kira tentu ada alasan mencurigai niat DPR ini untuk melemahkan KPK ini. Mereka sangat berkepentingan dengan pelemahan ini. Sejauh ini satu satunya lembaga yang paling ditakuti oleh mereka, dan mengancam kenyamanan mereka berkuasa itu ya KPK. Setiap saat mereka bisa dipanggil diperiksa bahkan dipenjara," sambungnya.

Meski kelimanya diragukan publik, Lucius mengatakan rasa pesimis itu seharusnya bisa dijadikan semangat dan motivasi pimpinan baru lembaga anti korupsi ini dalam integritas memberantas korupsi.

"Saya kira ini tantangan bagi mereka, diragukan sejak awal. Semoga saja ini bisa jadi energi positive bagi mereka dan bisa menunjukan kepada publik bahwa mereka mampu," pungkasnya. (merdeka.com/Yunita amalia)

Related Posts:

Ini bukti yang dibeberkan Ahok pembelian Sumber Waras sesuai aturan

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, kini dibuat pusing terkait audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menyebut dirinya diduga melakukan mark up pembelian lahan RS Sumber Waras. Ahok, sapaan Basuki, memastikan dirinya telah membeli lahan seluas 3,6 hektare dengan harga Rp 755.689.550.000 telah sesuai NJOP.

Meski Ahok telah membantah, BPK tetap yakin telah terjadi kerugian negara akibat nilai beli yang terlalu tinggi. Memastikan temuan mereka soal mark up tersebut, BPK sampai menyerahkan hasil audit mereka ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Dalam laporan mereka ke BPK, ada delapan poin dugaan mark up yang ditemukan. Atas laporan BPK tersebut, KPK berjanji akan menindaklanjuti dan siap memanggil mereka yang terkait dalam pembelian lahan tersebut termasuk Ahok.

Sikap tegas membuat Ahok tetap ngotot memastikan apa yang dilakukannya sudah sesuai prosedur(merdeka.com/lia hararap)

Related Posts:

Ahok Bangga, Setelah 5 Hari Hujan Lebat Jakarta Tidak Banjir Lagi

Banjir selalu menjadi momok bagi Jakarta setiap musim hujan. Pemimpin ibu kota boleh berganti, tapi bencana ini seakan tidak pernah bisa tertangani.

Namun berbeda dengan pendahulunya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kini merasa bangga karena bisa menangani masalah banjir ibu kota. Dia mengklaim, setelah 5 kali dilanda hujan lebat, Jakarta tidak banjir.

"Semalam, hujan besar enggak semalam? Ada genangan enggak di Jakarta? Hampir enggak ada genangan. Karena hampir semua saluran sudah kita bobok-bobok. Kamu lihat saja, kita sudah empat sampai lima kali hujan. Semalam adalah kelima kali hujan besar," kata Ahok di Gedung DPRD Jakarta, Sabtu (19/12).

Ahok menambahkan, untuk anggaran masalah penanganan banjir, pihaknya mengalokasikan dana sebesar Rp 50 miliar. Menurutnya, penanganan banjir saat ini banyak dilakukan secara swakelola atau diambil alih oleh Pemprov DKI.

"Saya kira banjir tidak akan lama. Kalau hujan tiga hari berturut-turut sekalipun, begitu dia berhenti, saya jamin surut. Kecuali pompanya disabotase atau ada bendungan yang jebol. Sekarang kamu lihat saja," jelas Ahok.

Ahok melanjutkan, dalam program antisipasi banjir, Pemprov DKI akan membangun tanggul. Kemudian pembebasan lahan untuk normalisasi sungai, pengerukan sungai hingga pembangunan rumah susun.

"Oh pasti kita mau bikin tanggul, makanya tanggul mesti kita beresin. Termasuk pembebasan lahan, pengerukan. Makanya prioritas kita tahun ini (2016)," kata Ahok.

"Kalau kamu perhatikan, kenapa tahun depan kami anggarkan sampai Rp 3 triliun lebih untuk membangun rusun. Karena kalau tidak ada rusun, tidak mungkin kamu bisa melakukan normalisasi sungai, dan waduk," tutup Ahok. (merdeka.com)

Related Posts:

DPR Pilih Pimpinan KPK yang Tidak Mungkin 'Memakan' Mereka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan ICW, Emerson Juntho mengatakan, pemilihan lima pimpinan baru Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) oleh komisi III DPR RI hasilnya tidak menggembirakan. Sebab, komisi III DPR sengaja memilih orang-orang yang bisa dijadikan sahabat agar tidak mau 'memakan' mereka.

"Pastinya orang-orang di DPR tidak akan memilih orang-orang yang nantinya 'memakan' mereka. Justru yang dipilih mereka yang sahabat DPR," kara Emerson di Cikini, Jakarta, Sabtu (19/12).

Emerson melanjutkan, komisi III DPR berkaca dari pimpinan KPK jilid sebelumnya dalam melakukan pemilihan lima pimpinan KPK yang baru. Pada masa kepemimpinan KPK jilid sebelumnya, banyak sekali anggota DPR RI yang ditangkap karena melakukan korupsi.

"Karena berkaca dari KPK jilid sebelumnya yang malah menangkap banyak DPR. Makanya pada pemilihan pimpinan KPK yang sekarang, kalau dianggap yang keras-keras mending jangan dipilih /lah," ucap Emerson.

Sebelumnya, lima nama terpilih lewat pemungutan suara yang dilakukan Pansel Capim KPK. Diantaranya Agus Rahardjo, Basariah Panjaitan, Alexander Marwata, Saut Situmorang dan Laode Muhammad Syarif. Sementara, dua nama yang sudah pernah memimpin KPK, Johan Budi dan Busyro Muqoddas, justru mendapatkan suara yang sangat kecil.

Related Posts:

Panglima Pastikan Indonesia tak Gabung Koalisi Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI, Jendral Gatot Nurmantyo mengatakan Indonesia dipastikan tidak akan berafiliasi dengan koalisi manapun. Hal ini mengingat Indonesia bersifat bebas aktif dan tidak memihak pada koalisi manapun.

Beberapa pekan lalu, Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan melakukan pertemuan dengan para atase pertahanan negara negara tetangga. Saudi sempat menawarkan koalisi pertahanan dengan Indonesia dengan maksud bergabung dalam kubu tersebut. Langkah ini nyata nyata ditolak oleh Menlu karena bertentangan dengan Undang Undang.

"Presiden bilang kita harus menganilisis dulu sebelum membuat keputusan. Melihat kondisi kita yang bebas aktif maka kita tidak perlu berpihak," ujar Gatot, Sabtu (19/12).

Namun Gatot mengembalikan lagi kepada pemerintah terkait sikap ini. Namun, ia menilai koalisi terhadap saudi tak perlu dilakukan karena akan membawa dampak negatif juga ke Indonesia. Bisa jadi Indonesia malah menjadi sasaran yang akan merusak perdamaian negara.

Related Posts:

HEBOH!!! Dikepung Ribuan Massa, FPI Minta Perlindungan Polisi Purwakarta

ROMBONGAN Front Pembela Islam (FPI) yang akan menghadiri acara pelantikan kepengurusan Purwakarta, dan tabligh akbar dengan penceramah imam besar FPI, Habib Riezieq Shihab, yang digelar di Jalan Ipik Ganda Manah, Purwakarta mendapat hadangan dari ribuan massa Aliansi Masyarakat Sunda Menggugat (AMSM) di Jalan Veteran Purwakarta, Sabtu (19/12/2015) malam.

Massa FPI yang tertahan adalah kelompok yang datang dari wilayah timur seperti dari Kabupaten Subang. Bahkan penghadangan terhadap kelompok massa FPI, telah dilakukan oleh massa AMSM disejumlah titik, termasuk perbatasan kota.

Karena tidak bisa melanjutkan perjalanan, rombongan anggota FPI tersebut kemudian meminta perlindungan dari Kepolisian Resor Purwakarta.

Langkah Kepolisian dilakukan, mengingat keberadaan anggota FPI telah dikepung. Menurut Polisi, selain di ruas jalan yang akan dilintasi, massa AMSM, telah memadati Purwakarta, hingga ke lokasi acara.

"Mereka harus diamankan ke markas Mapolres Purwakarta, karena kondisinya sudah tidak memungkinkan mereka berjalan di tengah kepungan massa," kata seorang aggota polisi yang menolak namanya disebut seperti dirilis merdeka.com.

Pihak kepolisian, diwakili Wakapolres Purwakarta, Kompol Indra Gunawan, yang melakukan negosiasi dengan Ormas AMSM, sempat mengalami kendala, karena bukan membubarkan diri, ormas tersebut justru melakukan perlawanan, perang mulut pun tak terhindarkan.

Karena situasi semakin tidak menentu, polisi kemudian mengawal anggota FPI ke lokasi acara dengan pengawalan katat.
Endan Suhendra (galamedianews.com)

Related Posts:

Acungan Golok Warnai Bentrok Massa vs FPI di Purwakarta

Dua organisasi massa terlibat bentrokan di Jalan Raya Veteran, Purwakarta, tepatnya depan perumahan Griya Asri, Sabtu (19/12/2015) sore.
Dikabarkan ada korban luka-luka dan kendaraan rusak akibat bentrokan antara Forum Bersama yang merupakan gabungan 28 ormas dan LSM dengan anggota Front Pembela Islam (FPI).
Berdasarkan pemantauan "PR", bentrokan antara dua kelompok itu berawal ketika rombongan FPI yang hendak menghadiri acara tabligh akbar yang dihadiri Ketua umum FPI Habib Rizieq berpapasan dengan rombongan Forum Bersama.
Entah siapa yang memulai, tiba-tiba bentrokan antara kedua kelompok ini pecah.
Sejumlah warga yang berada di lokasi mengaku kaget, karena kedua kelompok yang bentrokan itu mengacung-acungkan golok.
"Saya ngeri pak, kedua kelompok itu membawa senjata tajam," ujar seorang warga.
Endan Suhendra (GALAMEDIANEWS.COM)

Related Posts:

BENTROK LAGI!! Rombongan FPI & Massa Bentrok di Purwakarta, 2 Motor Rusak

BENTROK antara massa Front Pembela Islam (FPI) kelompok massa dari sejumlah aliansi Masyarakat Purwakarta, terjadi di Jalan Veteran, Gerya Asri, Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu (19/12/2015) petang.

Dalam bentrokan itu, massa dari kedua kubu terlibat saling lempar batu. Akibatnya, salah seorang massa dari FPI mengalami luka di bagian dahi.

Bentrokan pecah ketika kedua kedua kelompok massa itu saling berpapasan saat keduanya tengah melakukan konvoi dijalanan. Selain mengakibatkan satu orang terluka, dua sepeda motor mengalami kerusakan parah.

Salah seorang saksi mata, Hari mengatakan, kericuhan dipicu oleh aksi kelompok FPI yang terlebih dahulu melakukan perusakan terhadap sepeda motor warga yang konvoi.

"Awal keributan terjadi saat massa dari masyarakat berpapasan, kemudian FPI melakukan perusakan terhadap dua sepeda motor," kata Hari yang dikutip merdeka.com.

Beruntung keributan tidak berlangsung lama, setelah petugas kepolisian dari Resor Purwakarta yang dibantu TNI, segera mengamankan aksi kedua kelompok massa itu.

Polisi kemudian melakukan pengamanan dengan mengawal massa FPI ke lokasi acara, serta melakukan pembubaran terhadap massa dari berbagai aliansi masyarakat Purwakarta.

Kejadian tersebut terjadi, sebagai buntut dari kasus Sampurasun yang diplesetkan oleh Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab menjadi Campuracun. Serta bentuk penolakan terhadap kedatangan Habib Rizieq Shihab, yang akan datang ke Purwakarta untuk melakukan pelantikan kepengurusan FPI Purwakarta.
Endan Suhendra ( GALAMEDIANEWS.COM )

Related Posts:

FPI bentrok dengan Aliansi Masyarakat Purwakarta

Purwakarta, Jawa Barat (ANTARA News) - Bentrok Aliansi Masyarakat Purwakarta dengan Front Pembela Islam (FPI) pecah di jalan raya Veteran, Purwakarta, Sabtu.

Rombongan FPI yang hendak menghadiri acara tablig akbar yang dihadiri Ketua Umum FPI Habib Rizieq berpapasan dengan rombongan dari kelompok masyarakat Purwakarta.

Saat itu, kedua massa tersebut saling berkonvoi. Tetapi tiba-tiba, massa dari kedua kelompok saling lempar batu hingga membuat seorang dari massa FPI luka di bagian dahi.

Kedatangan Ketua Umum FPI Habib Rizieq ke Purwakarta itu adalah untuk melantik pengurus FPI Purwakarta, sekaligus mengisi ceramah keagamaan.

Bentrok itu sempat mengagetkan masyarakat kota ini, apalagi tidak saja saling melempar batu, kedua gerombolan itu juga saling mengacungkan senjata tajam.

Selain mengagetkan masyarakat, bentrok juga mengakibatkan kemacetan cukup panjang di Purwakarta.

Keributan antara dua kubu itu tidak berlangsung lama, dan berhasil dibubarkan polisi dan tentara.

Polisi kemudian mengawal massa FPI ke lokasi acara dan membubarkan massa dari Aliansi Masyarakat Purwakarta.

Bentrokan ini adalah buntut dari konflik antara Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dengan Habib Rizieq terkait salam sunda "Sampurasun" yang diplesetkan Rizieq menjadi "Campuracun".
Editor: Jafar M Sidik

Related Posts:

DAFTAR 8 KASUS SETYA NOVANTO YANG SELALU LOLOS DALAM JERATAN HUKUM

Setya Novanto, Ketua DPR RI yang saat ini masih menjadi buah bibir masyarakat ternyata mempunyai segudang kasus pada tahun-tahun sebelumnya.

Mungkin kita bisa mengingat pada saat menonton acara Mata Najwa yang menghadirkan diantaranya adalah Ruhut Sitompul. Ruhut mengatakan, untuk menilai Setya Novanto, cobalah lihat Track Recordnya.

Mungkin inilah yang dimaksud oleh Ruhut Sitompul mengenai track record dari Setya Novanto. Ada beberapa kasus-kasus besar yang pernah menjeratnya, namun Setnov selalu saja berhasil lolos.

Apakah benar, Setnov tidak bersalah dari rentetan kasus yang akan hatree.co sebutkan di bawah ini? Sebegitu seringnya kah Setnov difitnah atas kasus-kasus tersebut?

Baiklah, kita mulai saja, inilah skandal kasus yang pernah menjerat Setya Novanto:

1. Kasus Bank Bali Tahun 2000

Setya Novanto disebut oleh jaksa di dalam kasus cassie Bank Bali yang sudah merugikan negara lebih dari Rp 500 miliar lebih. Pada kasus ini, pengusaha Djoko S Tjandra dan mantan Gubernur BI, Syahril Sabirin divonis hukuman penjara 2 tahun.

Pada saat itu, jaksa mendakwa Djoko S Tjandra ternyata terdapat nama Setya Novanto di dalam dakwaan tersebut.

"Bahwa terdakwa Djoko Soegiarto Tjandra baik selaku pribadi atau selaku Direktur PT Era Giat Prima bersama-sama dengan Drs R Setya Novanto...yang masing-masing peranan perbuatannya akan diuraikan di bawah ini dan penuntutan hukumnya terpisah satu dengan yang lain maupun bertindak sendiri-sendiri, pada tanggal dan bulan dalam tahun 1997,1998 dan 1999 bertempat di Kantor PT Era Giat Prima, Jalan HR Rasuna Said...," demikian dakwa jaksa yang dilayangkan kepada Djoko S Tjandra sebagimana dikutip dari putusan peninjauan kasasi (PK) Nomor 100 PK/Pid.Sus/2009.

Djoko dinilai main patgulipat dana cassie Bank Bali sehingga negara merugi lebih dari Rp 500 miliar. Atas hal ini, Djoko dam Syahril sama-sama dihukum 2 tahun penjara. Djoko sendiri kabur dan hilang bak ditelan bumi hingga hari ini.

Bagaimana dengan Setya? Jejaknya hilang di kasus tersebut. Mengetahui hal ini, Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) yang digawangi Boyamin Saiman menggugat Kejaksaan Agung untuk kembali memeriksa Setya. MAKI mengajukan gugatan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) pada penghujung 2014.

Tapi siapa sangka, dalam sidang praperadilan, Kejaksaan Agung menunjukkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) atas nama Setya Novanto.
"Kita tidak tahu sebelumnya ada SP3 atau tidak," ucap Boyamin.

Bukti pamungkas yang dikeluarkan pada 18 Juni 2003 dengan nomor surat: Print-35/F/F2.1/06/200 itu membuat Setya lolos. Hakim tunggal praperadilan, Haswandi pun menolak gugatan praperadilan tersebut dan Setya Novanto clear dalam kasus ini.

"Mengadili menolak permohonan pemohon untuk seluruhnya," ucap hakim tunggal Haswandi pada 13 Januari 2015.
 
2. Kasus Beras Import Tahun 2006
 
Setya Novanto pernah diperiksa selama 10 jam dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi untuk impor 60.000 metrik ton beras dari Vietnam.

Setya Novanto didampingi oleh 3 pengacara sekaligus, Yuliono, Sita, dan Hendrik yang berasal dari Syam dan Syam Law Office.

"Tidak benar, tidak benar," kata Novanto membantah pertanyaan wartawan
apakah benar dirinya memberi rekomendasi impor beras tersebut.

Yuliono yang saat itu menjadi kuasa hukum Setya Novanto mengatakan kalau kliennya tersebut ditanyai sekitar 30 pertanyaan mengenai kasus impor beras ilegal atas tersangka bernama Sofyan Permana. Setya Novanti diperiksa oleh tim penyidik yang diketuai oleh Pribadi Suwandi.

3. Kasus Proyek E-KTP Tahun 2011
 Muhammad Nazaruddin, Mantan Bendaraha Umum Partai Demokrat menjelaskan kalau Setya Novanto dan Anas Urbaningrum merupakan bos dari proyek (E-KTP) pada tahun anggaran 2011-2012.

Bahkan, Ia juga menyebut kalau Setya Novanto menerima aliran dana sebesar Rp 300 miliar untuk proyek besar tersebut.

Selanjutnya, Nazaruddin juga mengaku kalau diancam bakal dibunuh oleh Setya Novanto karena mengungkap kasus tersebut. Sejak saat itu, Nazaruddi tidak lagi pernah mengungkapkannya lagi dan Setya Novanto masih bebas sampai dengan saat ini.

4. Kasus Suap Akil Mochtar dan Atut Tahun 2013

Setya Novanto juga pernah diduga terlibat dalam kasus susap AKil Mochtar dan Ratu Atut. Setya Novanto dipanggil oleh KPK bersama Sekjen Idurs Marham.

Tapi, sampai dengan saat ini, hanya Akil dan Atut saja yang masuk ke dalam penjara, Setya Novanto tetap lolos dan bebas dari jeratan hukum.

Ada sebuah tulisan di kompasiana yang menjelaskan:

Terkait kasus Akil Mochtar, Ketua Fraksi Partai Golkar Setya Novanto dan Idrus Marham akan dipanggil oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) untuk dimintai keterangan. Dalam beberapa tulisan, jauh sebelum berita bahwa Setya Novanto akan dimintai keterangan, penulis telah sebutkan bahwa mustahil KPK mampu menjerat - jika terlibat kasus terkait Akil Mochtar.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah Setya Novanto akan terjerat KPK?
Jawabannya mustahil.

Ya. Mustahil dan hil yang mustahal. Idrus Marham? Juga tidak akan terjerat. Kenapa? Karena kekuatan lobi Golkar yang luar biasa. Kasus ini akan hanya sampai pada Ratu Atut doang. Bagaimana penjelasan dan analisis politiknya sehingga kedua orang tersebut hanya sebatas dikenai keterangan?

5. Kasus Proyek PON Riau Tahun 2013-2014

Kasus korupsi pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII dengan tersangka mantan Gubernur Riau, Rusli Zainal. Setya Novanto bukan saja harus menjalani pemeriksaan di KPK.

Tapi ruang kerjanya juga digeledah. Padahal menurut mantan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Riau Lukman Abbas, bosnya (Rusli Zainal) melakukan pertemuan di ruangan Novanto membahas soal persiapan PON Riau.

Rusli selanjutnya divonis 10 tahun penjara, sedang Novanto bebas.

6. Kasus Pilkada Jatim Tahun 2014

Setya Novanto hadir dalam sidang dengan terdakwa mantan Ketua Mahkamah  Konstitusi Akil Mochtar dalam perkara dugaan korupsi pilkada di berbagai daerah.

Dalam kasus ini ia hanya sebagai saksi dugaan korupsi Pilkada Jatim.

7. Kasus Donald Trump Tahun 2015
Publik Indonesia dikagetkan video Kehadiran Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon dalam sebuah acara politik Donald Trump.

Kasus itu dianggap memalkan Indonesia. Video ini menuai sentimen negatif di media sosial. Namun oleh Majelis Kehormatan DPR (MKD) Setya dan Fadly Zon hanya diberi berupa berupa teguran.

8. Kasus Makelar Freeport dan PLN Tahun 2015

Menteri ESDM Sudirman Said menyebut ada yang menjual nama Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla kepada Freeport. Setya Novanto segera menyatakan tak ada anggota DPR yang seperti itu. Ketika sang menteri menyebut inisialnya, Novanto segera menghadap Wapres Jusuf Kalla.

Kabar terbaru, Setya Novanto juga pernah meminta dana kepada Pertamina untuk biaya simpan bahan bakar minyak.

Setelah melihat track record dari Setya Novanto di atas, sepertinya memang pantas untuk julukan yang diberikan padanya dari masyarakat adalah "UNTOUCHABLE". Bagaimana dengan kasus freeport kali ini? Apakah Setnov akan lolos lagi? Kita lihat saja!

SUMBER: ww.hatree.co

Related Posts:

Utang Papa Novanto di MKD Belum Lunas

JAKARTA - Urusan Setya Novanto dengan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) belum tuntas. Meski politikus berbendera Golkar itu sudah mundur dari jabatan Ketua DPR, bukan berarti kasus pelanggaran etika yang menjeratnya dianggap lunas.
MKD sudah menyiapkan sanksi kedua untuk Novanto.
Hal itu disampaikan Ketua MKD Surahman Hidayat di gedung parlemen, Jakarta, kemarin (18/12). Pria yang juga Ketua Dewan Syariah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu membantah bahwa putusan MKD mengambang dan tidak memberikan sanksi apa pun kepada Novanto.
"Tidak ada (putusan) bagaimana. Kan sudah jelas sepuluh anggota memberi pertimbangan sanksi sedang, sedangkan yang tujuh sanksi berat,” kata Surahman kepada Jawa Pos.
Dengan pertimbangan itu, MKD sudah mengadakan rapat internal secara tertutup. Pertimbangan mayoritas anggota MKD untuk memberi sanksi sedang itu sudah menjadi keputusan. Surahman membenarkan arti pernyataannya tersebut bahwa Novanto sudah dijatuhi sanksi untuk kali kedua. "Faktanya memang begitu,” ujarnya.
Surahman menceritkan kembali, saat mau disimpulkan hasil pertimbangan MKD, datanglah surat dari Novanto yang dibawa Wakil Ketua MKD Sufmi Dasco Ahmad. Surat pengunduran diri itu akhirnya menjadi pertimbangan MKD dalam mengambil keputusan. "Atas dasar kemanusiaan, kan beliau juga ada jasa lah setahun ini. Maka, diterima pengunduran diri. Namun, tetap tidak mengubah sanksi,” kata Surahman.
Sanksi sedang itu menjadi catatan tambahan bagi MKD. Sebab, sebelumnya Novanto pernah dijatuhi sanksi ringan dalam kasus pertemuan dengan kandidat presiden Amerika Serikat Donald Trump. Surahman mengisyaratkan sanksi berat jika Novanto melakukan pelanggaran etik lagi. (bay/c6/ca/adk/jpnn)

Related Posts:

Pengakuan Fahri Hamzah soal Surat Nonaktif Akbar Faisal di MKD

JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menegaskan, penandatanganan surat nonaktif sementara Akbar Faisal sebagai majelis Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR, di saat-saat akhir penentuan pelanggaran etik Setya Novanto sudah sesuai dengan aturan yang disepakati oleh MKD.
Menurut Fahri, semua sudah sesuai aturan di MKD sendiri. "Saya hanya membubuhkan tanda tangan di atas draf surat yang dibuat oleh Sekretariat Rapat Pimpinan MKD itu sendiri. Jadi, tidak ada yang salah," ujar Fahri, Jumat (18/12) malam.
Untuk meminimalisir berbagai tafsiran di masyarakat tentang proses dan mekanisme penanda-tanganan tersebut, Fahri menulis lengkap kronologisnya. Nah, di bawah ini, pernyataan lengkap Fahri Hamzah dalam penonaktifan Akbar Faisal. (fas/jpnn)
Pengakuan Fahri:
Menanggapi dinamika pemberitaan dan berbagai tanggapan baik dari rekan-rekan sesama anggota DPR maupun masyarakat, terkait surat penonaktifan Sdr. Akbar Faizal dari keanggotaan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) pada 16 Desember 2015, berikut beberapa hal yang perlu saya jelaskan:
1. Surat kepada pimpinan MKD tentang penonaktifan Sdr. Akbar Faizal adalah merupakan tindak-lanjut dari surat pimpinan MKD yang telah memutuskan menerima pengaduan dan tindakan kepada Sdr. Akbar Faizal. Hal itu sesuai dengan Peraturan DPR Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata Beracara MKD, khususnya Pasal 36 dan 37.
Pasal 36 (2): Jika ada Pengaduan tentang dugaan pelanggaran dalam pelaksanaan sidang sebagaimana diatur dalam Peraturan ini yang dilakukan oleh Pimpinan dan/ atau anggota MKD, maka Pengaduan ditindaklanjuti oleh MKD berdasarkan hasil rapat MKD.
Pasal 37 (1): Dalam hal Teradu adalah Pimpinan dan/atau Anggota MKD dan Pengaduan dinyatakan memenuhi syarat dan lengkap dalam sidang MKD, MKD memberitahukan kepada Pimpinan DPR dan pimpinan fraksi bahwa Teradu akan diproses lebih lanjut.
Pasal 37 (2): Setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan DPR menonaktifkan sementara waktu pimpinan dan/ atau Anggota MKD yang diadukan.
2. Dalam hal surat dimaksud di atas saya hanya membubuhkan tanda-tangan di atas draft surat yang dibuat oleh Sekretariat Rapat Pimpinan. Saya tidak dapat menolak atau menyetujui, karena sifat Pimpinan DPR hanya meneruskan Surat MKD.

3. Perlu diketahui bahwa saya adalah Koordinator Kesra yang bertanggung jawab atas surat-menyurat antara pimpinan DPR dan MKD. Tidak ada yang bersifat pribadi dalam surat tersebut. Semua surat merupakan hasil rapat baik MKD maupun pimpinan DPR.
4. Pimpinan DPR tidak mempunyai wewenang membuat keputusan yang bersifat pribadi, karena masing-masing pimpinan DPR hanya speaker atau juru bicara. Semua keputusan dibuat oleh AKD (Alat Kelengkapan Dewan) seperti komisi dan badan, termasuk dalam hal ini adalah Mahkamah Kehormatan Dewan.
Demikian penjelasan yang dapat saya berikan, untuk mendudukkan persoalan ini pada tempatnya.

Related Posts:

Miris...DPR Sepi Gagasan, Lebih Banyak Kejar Materi

CISARUA - Kondisi yang terjadi akhir-akhir ini seolah memperlihatkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak lagi memiliki gagasan ideologi. Banyak anggota yang terkesan hanya mengejar materialistis dan kekuasaan hanya untuk memperkaya diri. 
Salah satunya terlihat dengan terungkapnya skandal "Papa Minta Saham" yang berujung pada taerjungkalnya politikus Golkar Setya Novanto dari kursi ketua DPR. 
"Jadi kondisinya DPR sekarang ini seperti tidak memiliki gagasan ideologi. Tidak bisa berdiskusi tentang negara. Gagasannya sepi. Banyak yang hanya mengejar materialistis dan kekuasaan semata hanya memperkaya pribadi," ujar Ketua Harian DPP Partai Bulan Bintang (PBB) Jamaluddin Karim, Jumat (18/12).
Menurut Jamaluddin, kondisi yang ada sangat berbeda dengan kondisi tahun 1999 lalu. Di mana saat itu, PBB yang ikut duduk di DPR, dipenuhi dengan gagasan orisinil dengan menerjemahkan harapan masyarakat. 
Karena itu, Jamaluddin mengajak segenap peserta Muktamar IV Muslimat Bulan Bintang yang berlangsung sejak Kamis (17/12) hingga Sabtu (19/12) untuk introspeksi diri. Dengan lebih peduli, sehingga anggota dewan ke depan dapat diisi dengan orang-orang yang benar-benar peduli terhadap rakyat.
"Jadi muslimat harus didorong. Rekrutmen anggota dan pengkaderan PBB pada 2016 itu targetnya merekrut 350 ribu kader. Peran ini dapat diambil muslimat yang merupakan sayap partai sebagai badan otonom," ujar Jamaluddin di hadapan 600 orang peserta mukmatar dari seluruh Indonesia.
Sementara itu, Ketua Majelis Dewan Syuro Muslimat Bulan Bintang Andi Nurul Djannah mengatakan, muslimah harus dapat memberi contoh yang terbaik. 
"Jangan sampai mengaku muslimah tapi apa yang dilakukan tidak muslimat. kita perlu saling mengisi sebagai pribadi dalam masyarakat. Berlaku ikhlas dalam berjuang," ujar Andi.(gir/jpnn)

Related Posts:

Fahri Hamzah Tantang Bikin Keributan Baru

JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah memberi sinyal ditujukan kepada Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Jokowi-JK) beserta kabinetnya, bahwa DPR akan meributkan masalah perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia (PTFI) di Papua.

Salah satu jalan yang akan ditempuh DPR adalah membentuk Panitia Khusus (Pansus) Angket Freeport. Ini ditegaskan Fahri ketika menerima perwakilan tokoh masyarakat hingga akademisi yang mendorong DPR segera mengembalikan tambang Freeport di Papua pada negara.

Fahri mengatakan, gerakan penggalangan tanda tangan sebagai usulan pembentukan Pansus Freeport sudah beredar. Ia menargetkan wacana ini bisa didukung 50 persen wakil rakyat.

"Kami ingin ini gerakan di DPR, jangan partisan. Yang Saya pegang 25 (anggota mengusulkan) itu sudah cukup. Apa boleh buat, siapa yang ribut dulu. Kalau berani ribut beneran. Dan mohon maaf, Novanto sudah mundur. Ayo Kita ribut untuk rakyat," tegas Fahri saat menerima rombongan yang menamakan diri Petisi Tambang Freeport Untuk Rayat, di gedung DPR Jakarta, Jumat (18/12).

Diketahui skandal Papa Minta Saham kembali memunculkan polemik soal perpanjangan kontrak PTFI, yang sudah dirintis oleh Menteri ESDM Sudirman Said. Bahkan, Sudirman juga lah yang mengadukan Setya Novanto ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), hingga akhirnya lengser.
Politikus PKS itu juga mengapresiasi kedatangan rombongan Petisi Tambang Freeport, yang konsen terhadap penambangan kekayaan Indonesia di tanah Papua. "Ini penting. Karena kekayaan kita. Kami terima pandangan positif dan akan kami teruskan masa sidang (2016) akan bentuk pansus freeport," tambahnya.

Juru bicara Petisi Tambang Freeport, Marwan Batubara mengatakan, sesuai amanat konstitusi, tambang harus dikuasai ioleh negara, sehingga penambangan di Papua harus melalui BUMN maupun BUMD.

"Ini kami sampaikan, supaya DPR melakukan angket. Maka pengalihan itu dari freeport ke BUMN tahun 2021 bisa terwujud. Ujungnya, Freeport kembali ke ibu pertwi," pungkasnya.(fat/jpnn)

Related Posts:

Jokowi Disebut Ingin Usung Ahok Jadi Cawapres

JAKARTA - Peneliti Center for Strategic and International Studies Arya Fernandes mengatakan, Presiden Joko Widodo alias Jokowi sangat berkepentingan terhadap penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah DKI 2017.
Jokowi dianggap memiliki harapan jika Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terpilih lagi menjadi Gubernur DKI akan mendukung program-program pemerintahan. "
Jokowi saya kira juga berkepentingan di Pilkada DKI 2017," ucap Arya dalam diskusi Menakar Peluang Ahok Maju Sebagai Calon Independen di Balai Kota, Jakarta, Jumat (26/6).
Dia menyatakan, apabila menang di Pilkada DKI 2017, Ahok menjadi figur yang dipertimbangkan untuk mendampingi Jokowi di periode kedua. "Jadi bagi Jokowi dan partai, Pilkada DKI sangat penting," ucap Arya.
Dia menilai, Pilkada DKI penting di tingkat nasional. Penyelenggaraan Pilkada DKI akan berpengaruh terhadap tokoh dan partai. Apalagi, sambung Arya, pada 2019 berlangsung pilkada serentak.
‎"Otomatis partai-partai ini akan berusaha merebut Jakarta karena akan ada peluang untuk  tingkat nasional‎," tandas Arya. (gil/jpnn)

Related Posts:

Ruhut Sedih, Setya Novanto jadi Ketua Fraksi lagi

JAKARTA – Politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul menyatakan hormat terhadap keputusan internal DPP Partai Golkar yang menunjuk Ade Komarudin menjadi Ketua DPR RI menggantikan Setya Novanto. Namun, Ruhut mengaku, rasa hormatnya bercampur sedih yang mendalam karena posisi Ketua Fraksi Partai Golkar yang ditinggal Ade Komarudin diberikan lagi kepada Setya Novanto.

“Aku ini sedih saja, Ketua DPR RI yang mundur itu kok jadi Ketua Fraksi Partai Golkar DPR,” Ruhut Sitompul di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (18/12).

Menurut Juru Bicara Partai Demokrat ini, kalau Setya Novanto sudah mundur dari Ketua DPR RI lantaran ada masalah masih di dalam DPR, masih ketua fraksi lagi, nantinya juga berpeluang jadi Ketua Badan Anggaran, atau Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

“Kalau itu benar-benar terjadi, Golkar telah menggali kubur untuk dirinya sendiri,” kata Ruhut Sitompul.(fas/jpnn)

Related Posts:

Setya Novanto Ketua Fraksi, Ruhut Sebut Golkar Gali Kubur

Legislator Demokrat Ruhut Sitompul menyesalkan keputusan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie yang 'menukar guling' posisi Setya Novanto dan Ade Komarudin di parlemen. Ade yang sebelumnya menjabat Ketua Fraksi Golkar diusulkan menjadi Ketua DPR, sedangkan Setya yang mundur dari Ketua DPR kini diajukan sebagai Ketua Fraksi.

“Kalau (Setya Novanto) di-rolling jadi ketua fraksi, sedih juga. Gali kubur buat Partai Golkar,” kata Ruhut di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (18/12).

Pergantian posisi antara Ade dan Setya diputuskan dalam rapat para petinggi Golkar Munas Bali di Bakrie Tower yang berlangsung selama dua jam.

“Ade Komarudin jadi Ketua DPR. Setya Novanto jadi Ketua Fraksi. Mereka bertukar tempat,” kata Sekretaris Fraksi Golkar Bambang Soesatyo usai rapat di Bakrie Tower semalam.

Meski heran dengan langkah terbaru Golkar soal Setya Novanto ini, Ruhut mengatakan menghormati keputusan tersebut. Apalagi hal itu kewenangan internal Partai Golkar.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga politikus senior partai beringin berkomentar mengenai penunjukan Setya Novanto sebagai ketua fraksi. Dia mengingatkan Golkar untuk berhati-hati melangkah.

“Patut diketahui, politik adalah kepercayaan masyarakat, dan kepercayaan muncul dari persepsi. Politik tentang itu saja,” kata JK di Jakarta, Jumat (18/12).

Setya Novanto mengundurkan diri dari jabatan Ketua DPR tepat sebelum MKD menjatuhkan sanksi baginya. Setya diduga melanggar kode etik dengan meminta saham PT Freeport Indonesia. Wakil Ketua Umum Golkar itu disebut mencatut nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, sebagai kompensasi atas niatnya memuluskan perpanjangan kontrak Freeport di Indonesia. 

Kasus tersebut mencuat setelah Setya dilaporkan ke MKD oleh Menteri ESDM Sudirman Said yang mendapat laporan langsung dari Maroef Sjamsoeddin. Maroef diam-diam merekam percakapan antara dia, Setya, dan pengusaha Riza Chalid, ketika tengan membicarakan Freeport di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, pada bulan Juni.(CNN Indonesia)

Related Posts:

Sekenario Terselubung Dibalik Mundurnya Setya Novanto

Sebelum Setya Novanto mundur, sebenarnya sudah dipersiapkan skenario terakhir untuk menyelamatkannya. Skenario itu sudah dipersiapkan oleh anggota-anggota MKD pendukung Setya Novanto yang dibeking oleh fraksi-fraksi partai politiknya masing-masing. Skenario itu disusun melalui pertemuan-pertemuan dan lobi-lobi antar fraksi selama beberapa hari, sebelum sampai menjelang sidang MKD itu dibuka pada Rabu siang (16/12). Skenario-skenario itu sangat mungkin meliputi plan A, plan B, plan C, dan seterusnya. Jika plan A gagal, dijalankanlah plan B, jika plan B gagal, dijalankanlah plan C, dan seterusnya. Dan, apa yang kita lihat dalam drama persidangan MKD bisa saja bukan kejadian yang sebenarnya. Bisa saja yang kita lihat adalah ada dua kubu di MKD, yaitu kubu pendukung Setya, yang membelanya dengan segala cara, dan kubu yang benar-benar ingin menghukum Setya. Padahal yang terjadi sesungguhnya adalah kedua kubu itu sama saja, saat sidang tertutup mereka bekerja sama mengatur strategi bagaimana menyelamatkan Setya, meskipun tidak bisa dengan membuatnya bebas tanpa kesalahan apapun, karena kesalahannya itu sudah sedemikian terang-benderang diketahui dari rekaman yang sudah diperdengarkan ke publik itu. Dari proses sidang-sidang itu sesungguhnya bisa kita melihatnya, yaitu dari perlakuan mereka terhadap Sudirman Said, Maroef Sjamsoeddin, Setya Novanto, dan Luhut Binsar Pandjaitan yang begitu mencolok perbedaannya. Sudirman dan Maroef diperlakukan seperti terdakwa, sebaliknya begitu mengistimewakan Setya. Sedangkan terhadap Luhut biasa-biasa saja. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah sobat terdekat Setya Novanto melancarkan skenario pertama, dengan mengatasnamakan Pimpinan DPR, dia melakukan pemecatan terhadap anggota MKD dari Partai Nasdem Akbar Faizal. Gampang diduga, tindakan itu dikarenakan sikap Akbar sebagai anggota MKD sudah terlihat, dia akan menyampaikan putusan akhirnya yang merugikan Setya Novanto. Dengan pemecatan itu Akbar tidak punya hak suara lagi di sidang MKD. Surat pemecatan itu disampaikan kepada Akbar Faizal hanya beberapa saat sebelum sidang MKD dimulai. Alasannya, Akbar berstatus teradu, setelah dia dilaporkan anggota MKD dari Fraksi Partai Golkar Ridwan Bae ke Pimpian DPR dan MKD, dengan tudingan telah membocorkan kepada wartawan, materi sidang MKD yang tertutup saat memeriksa Setya Novanto.   Sedangkan laporan Akbar Faizal terhadap trio anggota MKD dari Golkar: Ridwan Bae, Adies Kadir, dan Kahar Muzakir, ke MKD, karena mereka menghadiri konferensi pers Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan, pada 11 Desember 2015, malah tidak ditanggapi sama sekali. Menurut Faisal, dalam Tata Tertib DPR, anggota MKD dilarang bertemu dengan saksi yang akan dihadirkan di persidangan MKD. Akbar Faizal yang tidak bisa menerima perlakuan Fahri Hamzah terhadapnya itu, kini telah melaporkan Fahri Hamzah ke Pimpinan DPR dan MKD, isi laporannya menyatakan Fahri telah melanggar etik karena dengan menandatangani penonaktifan Akbar dari anggota MKD sudah merupakan intervensi terhadap independensi MKD (sejak kapan, ya, MKD itu independen?). Akbar menyebutkan Fahri Hamzah dapat dikenakan sanksi etik berdasarkan Peraturan DPR Nomor 1 tahun 2015 tentang Kode Etik DPR Pasal 2, Pasal 3 ayat (4), Pasal 5 ayat (1), Pasal 11 ayat (2), dan Pasal 15 ayat (1). "Anggota, pimpinan fraksi dan/atau pimpinan DPR dilarang melakukan upaya intervensi terhadap putusan MKD." Perkembangan terakhir, Ridwan Bae telah mencabut pengaduannya terhadap Akbar Faizal itu, pada 17 Desember ini. Bagaimana reaksi Akbar, belum diketahui. Apakah ia akan mencabut lagi laporannya terhadap Fahri Hamzah? Sandiwara lagi? Lelucon lagi?   Sejak awal sidang MKD, publik juga sudah mengetahui bahwa trio anggota MKD dari Golkar itu (Ridwan Bae, Adies Kadir, dan Kahar Muzakir) sudah dengan terang-terangan membela dan mendukung Setya Novanto. Mereka adalah bagian dari anggota MKD yang tidak menghendaki sidang MKD itu dilaksanakan. Ketika kalah voting, sidang MKD mulai dijalankan, mereka juga yang ngotot masih mempermasalahkan legal standing Sudirman Said sebagai pengadu, dan menyatakan perekaman percakapan itu tidak sah, melanggar hukum. Padahal sebelumnya, MKD sudah memutuskan legal standing Sudirman Said adalah sah. Demikian juga perekaman percakapan itu bisa diterima untuk diperiksa. Aneh luar biasa MKD ini, meskipun sudah begitu terang-benderang anggotanya berpihak kepada teradu, tetapi tetap diizinkan memeriksa teradu. Padahal di dalam Peraturan DPR 2015 disebutkan anggota MKD itu harus obyektif dan independen dalam melakukan pemeriksaannya terhadap teradu. Menjelang sidang putusan MKD pada Rabu itu, semakin intens lobi-lobi yang dilakukan antarfraksi, yang paling bersemangat tentu saja Fraksi Golkar beserta trio anggota MKD-nya itu, lalu dari Gerindra ada Supratman Andi Agtas dan Sufmi Dasco Ahmad, dari PPP Achmad Dimyati. Koran Kompas (Kamis, 17/12/2015) menyebutkan, saking sibuknya melakukan rapat konsolidasi itu, sampai-sampai uji kelayakan dan kepatutan calon pimpinan KPK di Komisi III ditinggal (dikorbankan). Terbukti, saat Komisi III menguji kelayakan dan kepatutan Agus Rahardjo, salah seorang capim KPK, Rabu siang, tak ada satu pun anggota Fraksi Partai Golkar yang hadir. Sidang MKD yang seharusnya dibuka pukul 13.00 juga tertunda karena empat anggota dari  Golkar, Gerindra, PPP, PKB tidak hadir. Mereka adalah Ridwan Bae, Sufni Dasco Ahmad, A. Dimyati Natakusuma, dan Acep Adang Ruhiat. Mereka tidak hadir karena masih sibuk terlibat lobi-lobi antarfraksi masih alot. Lobi terkait apakah sidang akan terbuka atau tertutup dan apa bentuk pelanggaran serta sanksi yang akan dijatuhkan kepada Setya Novanto. Perilaku para politisi ini dengan jelas membenarkan persepsi bahwa para politikus itu jauh lebih mementingkan kepentingan partainya ketimbang kepentingan publik , bangsa dan negara. Sebelumnya, lobi-lobi antarfraksi sudah berkali-kali dilakukan oleh masing-masing kubu, yakni kubu yang bertekad melengserkan Setya dan kubu yang masih ingin mempertahankan Setya. Kubu yang disebut terakhir ini terus mencari strategi paling jitu untuk bisa menyelamatkan Setya, setidak-tidaknya mengulur-ulur waktu agar putusan terhadap Setya Novanto tidak bisa diumumkan pada hari Rabu itu. Hasilnya, mereka sepakat untuk pura-pura menyatakan Setya terbukti melakukan pelanggara etik berat. Kenapa menyatakan Setya Novanto terbukti melakukan pelanggaran berat justru akan menyelamatkan dia? Itulah aneh bin lucunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) itu. Maklum yang membuatnya adalah badut-badut politik. Seharusnya, anggota DPR dan MKD itu bukan dipanggil dengan sebutan “anggota Dewan yang terhormat”, dan “Yang Mulia”, tetapi lebih tepat jika disebut “anggota Dewan terlucu/terkonyol”, dan “Yang Lucu/Konyol”. Menurut UUD MD3 itu jika teradu terbukti melakukan pelanggaran sedang, maka yang bersangkutan langsung dijatuhi sanksi berupa pemindahan keanggotaan pada alat kelengkapan DPR atau pemberhentian dari jabatan pimpinan DPR atau pimpinan alat kelengkapan DPR. Dalam kasus Setya, ia secara otomatis dicopot dari jabatannya sebagai Ketua DPR. Jika teradu terbukti melakukan pelanggaran etik berat, sanksinya adalah pemberhentian sementara paling singkat tiga bulan, atau pemberhentian tetap sebagai anggota DPR. Tetapi, justru ini yang aneh! Logika jungkir balik ala anggota Dewan pun dipakai. Sanksi tersebut tidak bisa langsung berlaku, tetapi harus dilanjutkan dengan pembentukan panel ad-hoc lagi. Untuk membentuk tim panel ad-hoc ini saja pasti memerlukan proses waktu yang relatif panjang, karena selain terdiri dari anggota DPR, juga terdiri dari anggota masyarakat yang diseleksi dengan kriteria tertentu. Setelah tim panel ini terbentuk, mereka akan mengadakan sidang-sidang untuk menindaklanjuti keputusan MKD tersebut. Hasil panel itu akan dibawa ke rapat paripurna untuk memperoleh putusan akhir. Jika dalam pengusutannya tim panel menyatakan pelanggaran berat itu terbukti, maka teradu diberhentikan dari keanggotaannya di DPR. Namun, jika tak terbukti, namanya dipulihkan. Dapat diduga ke arah mana skenario itu tertuju, kalau bukan demi misi pembebasan Setya Novanto, apa lagi? Jelas sekali ini merupakan suatu strategi buying time, skenario  “jebakan batman”, yang lagi-lagi berniat menipu dan melecehkan rakyat. Lebih mengutamakan keselamatan kolega, “sinterklas”-nya ketimbang menjaga nama baik lembaga DPR itu sendiri. Skenario itupun dijalankan di sidang MKD itu, maka 7 anggota MKD kubu Setya Novanto, yang terdiri dari Achmad Dimyati (PPP), Ridwan Bae, Adies Kadir, dan Kahar Muzakir (ketiganya dari Golkar), Supratman Andi Agtas dan Sufmi Dasco Ahmad (keduanya dari Gerindra), ditambah Muhammad Prakoso (PDIP) pun menyatakan teradu (Setya Novanto) terbukti melakukan pelanggaran etik berat. Keputusan 7 orang ini janggal, karena bukankah mereka yang selama persidangan selalu membela Setya, dan malah menyerang Sudirman Said dan Maroef Sjamsoeddin. Merekalah yang mengatakan, misalnya, kepada Maroef Sjamsoeddin bahwa perekaman yang dialakukan itu ilegal, dia bisa dipenjara, bahwa karena ilegal rekaman itu tidak bisa dijadikan barang bukti, dan seterusnya, kok di ujung sidang, tiba-tiba keputusannya Setya terbukti bersalah melakukan pelanggaran etik berat? Meskipun demikian, skenario itu gagal, dikarenakan ternyata mereka kalah suara, dari seluruh 17 anggota MKD, hanya 7 (mereka) yang menyatakan Setya Novanto terbukti melakukan pelanggaran berat, sedangkan 10 lainnya menyatakan Setya terbukti melakukan pelanggaran sedang. Melihat gelagat skenario itu gagal itulah, maka seusai sidang, sebelum pembacaan putusan, Dimyati berinisiatif menuju ruang kerja Setya Novanto di Gedung Nusantara III. Ketika keluar dari sana, dan ditanya wartawan, dia mejawab, “Saya mau minta maaf ke Pak Novanto, tapi orangnya tidak ada di ruangan.” Bayangkan betapa lucunya anggota MKD ini, ia merendahkan dirinya sendiri untuk menghampiri si teradu untuk meminta maaf, maaf untuk apa? Maaf karena skenarionya gagal? Atau ada maksud lain? Saya duga ada maksud lain itulah yang benar. Dimyati akhirnya bertemu dengan Setya pada malam harinya, kemungkinan besar, saat itulah mereka berdiskusi apa yang sebaiknya dilakukan Setya, setelah melihat situasi akhir di MKD itu. Maka diputuskanlah sebelum MKD yang mencopotnya dari jabatannya sebagai Ketua DPR, Setya-lah yang lebih dulu menulis surat dengan pernyataan pengunduran dirinya itu. Diembel-embel dengan “demi kepentingan bangsa dan negara”, seolah-olah masih ada yang mau percaya. Setelah surat itu ditandatangani Setya di atas meterai Rp. 6.000, surat itu dibawa Dimyati ke ruang sidang MKD – jadi, bisa juga dikatakan anggota MKD ini rela juga menjadikan dirinya kurirnya Setya Novanto -- untuk dibacakan sebagaimana kemudian kita ketahui bersama. Tentu saja sowan Dimyati ke Setya dengan misi pelaksanaan skenario Setya yang mundur itu,  bukan semata-mata atas inisiatif Dimyati sendiri, tetapi adalah inisiatif bersama teman-teman sekubunya di MKD. Demikianlah yang terpublikasi ke publik adalah Setya Novanto menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPR. Semua pihak pun merasa gembira. Tetapi, jangan terlalu cepat bergembira, karena ingat, mundurnya Setya dari jabatannya sebagai ketua DPR itu, bukan berarti dia juga mundur, atau tidak menjadi anggota DPR lagi. Kini, Setya hanya tidak lagi menjadi Ketua DPR, tetapi dia tetap masih sebagai anggota DPR dengan segala haknya. Ingat pula, dengan alasan Setya sudah mundur, maka MKD menghentikan sidangnya tanpa ada satu pun putusan kepastian apakah sanksi yang dijatuhkan kepada Setya. Seharusnya, meksipun Setya sudah menyatakan mundur, MKD tetap melanjutkan sidangnya untuk menjatuhkan sanksi apa kepadanya. Agar status hukumnya menjadi pasti. Inilah bentuk kelucuan konyol MKD lagi, atau bisa jadi ini memang disengaja, bagian dari skenario. Bayangkan saja, semua dari 17 anggota MKD itu sudah menyatakan Setya Novanto bersalah melakukan pelanggaran sedang dan berat. Tetapi MKD sendiri malah tidak membuat putusan apapun kepada teradu Setya Novanto. Dengan tidak adanya putusan MKD itu, status Setya itu mengambang, maka tidak ada dasar hukum untuk melarang Setya jika kelak dia mencalonkan diri lagi menjadi Ketua DPR, atau ketua alat kelengkapan DPR lainnya. MKD tidak boleh menghentikan proses pengaduan itu di tengah jalan tanpa ada putusan. Pasal 127 UU MD3 2014 berbunyi: Pengaduan pelanggaran terhadap anggota DPR tidak dapat diproses apabila teradu: 1. meninggal dunia; 2. telah mengundurkan diri; atau 3. telah ditarik keanggotaannya oleh partai politik. Yang disebut Pasal itu adalah proses tidak dapat dilanjutkanMKD jika anggota DPR meninggal dunia, telah mengundurkan diri, dan telah ditarik keanggotaannya oleh partai politik. Sedangkan yang terjadi pada kasus Setya ini adalah dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua DPR, statusnya sebagai anggota DPR tetap ada. Maka itu, bisa saja terjadi, setelah kehebohan ini mereda atau berakhir, Setya akan diberi jabatan lain di DPR, menjadi ketua dari salah satu alat kelengkapan DPR. Misalnya, menjadi ketua Badan Anggaran, atau ketua salah satu Komisi DPR, atau bahkan menjadi ketua MKD. Kemungkinan ini, juga diutarakan oleh Dimyati, saat diwawancara Metro TV, Rabu kemarin. Lucu-lucu, dan banyol-banyolan, bukan anggota-anggota DPR kita ini?   Semoga proses hukumnya di Kejaksaan Agung, tidak ikut-ikutan melucu seperti ini! 

Selengkapnya : http://m.kompasiana.com/danielht/skenario-terselubung-di-balik-mundurnya-setya-novanto_5672bf83ba22bd760ee80ae7

Related Posts:

Ngotot Datang, Warga Siap Sweeping Acara FPI di Purwakarta

Menjelang lawatan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab ke Purwakarta, Jawa Barat, upaya penolakan masih terus bergejolak di daerah ini.

Bahkan, kini kelompok warga yang menamakan diri Forum Bersama Aliansi Masyarakat Sunda mengaku akan menutup akses tol dan akan melakukan sweeping jika Rizieq tetap memaksakan diri datang ke Purwakarta.

"Kalau Rizieq tetap memaksa datang, kami akan menggelar aksi secara besar-besaran, dengan menurunkan ribuan orang. Kami akanmenghadang kedatangan Rizieq di setiap pintu tol dan men-sweepinglokasi acara," ujar Ketua Forum Bersama Masyarakat Sunda Farid Farhan, Jumat 18 Desember 2015.

Menurutnya, imam besar FPI Habib Rizieq dinilai telah menabuh genderang permusuhan, setiap ia berceramah terkait Purwakarta. Untuk  itu, warga pun mengecam setiap aksinya, atau pun kegiatan yang melibatkan Habib Rizieq.

"Ceramah yang disampaikan Rizieq tidak mengajarkan nilai keislaman tetapi semua isinya ajakan permusuhan," katanya. 

Habib Rizieq sebelumnya memang dijadwalkan akan hadir di Purwakarta dalam kegiatan pelantikan pengurus FPI wilayah Purwakarta. Awalnya, kegiatan yang dijadwalkan pada Sabtu 19 Desember 2015 ini akan digelar di Universitas Pendidikan Indonesia PUrwakarta. 

Namun, karena ditolak, akhirnya FPI setempat menggelar acara di sebuah yayasan yang masih berada di dalam wilayah Kota Purwakarta.

Jay Ajeng Bramena/Purwakarta (Viva.co.id)

Related Posts:

Mau Tahu Lucunya Presiden Jokowi Stand Up Comedy?

 Presiden Joko Widodo kembali mengundang sejumlah komedian Indonesia ke Istana Negara Jakarta, Kamis 17 Desember 2015. Kali ini yang diundang adalah mereka yang kerap tampil dalam panggung stand up comedy.

Pertemuan
para komika yang dipimpin oleh komedian senior Indro Warkop tersebut berlangsung selama satu jam diakhiri dengan makan siang bersama.

Saat pertemuan itu, Jokowi bahkan ikut menunjukkan aksinya dengan bercerita lucu ala komika. Ia mengisahkan peritiwa lucunya saat menjadi pembina upacara kala ia masih menjabat sebagai Wali Kota Surakarta.

Kala itu, seperti diceritakan kembali anggota tim komunikasi Presiden Ari Dwipayana, Jokowi yang menjadi inspektur upacara lupa menurunkan tangannya saat komandan upacara melapor kepadanya.

Sehingga, komandan yang menunggu instruksi Jokowi akhirnya terpaksa menunggu dan ikut tidak menurunkan posisi hormatnya.

"Sebagai inspektur ingin dapat informasi apa yang harus dilakukan. Tahap pertama (komandan upacara) melapor, (Jokowi membalas) kembali ke tempat. Tapi ketika hormat, Presiden (justru) nggak turun-turun tangannya," ujar Ari di Istana Negara.

Tak pelak situasi itu pun membuat bingung komandan upacara yang sudah telanjur mengangkat tangannya untuk hormat.

Indro Warkop, mengakui kelucuan cerita Jokowi tersebut. Ia bahkan ikut tertawa lepas mendengar cerita tersebut. "Dia (komandan upacara) nunggu Presiden turun (hormat). Dia (Jokowi) juga nungguin. Jadi nunggu lama ada kira-kira dua hari," kata Indro disambut tawa.

Aksi-aksi kocak para komika ini, juga membuat Jokowi terhibur. Komika lainnya seperti Raditya Dika, mengaku kalau Jokowi juga bisa menghibur. "Gue bersyukur dia (Jokowi)nggak bertanya kapan gue nikah," kata Raditya.(Viva.co.id)

Related Posts:

HABIEB RIZIEQ DIDEMO OLEH RIBUAN MASYARAKAT PURWAKARTA

Ribuan warga Purwakarta, Jawa Barat, menggelar aksi menolak kehadiran Imam Besar Front Pembela Islam, Habib Rizieq, Kamis 17 Desember 2015.
Massa menganggap, Rizieq sebagai sosok yang kerap memperkeruh suasana di tengah ketenangan masyarakat Purwakarta. "Kita tolak, karena memang nyata-nyata dia selalu menjadi awal dari segala bentuk kerusuhan, selalu membuat provokasi," kata Ketua perwakilan massa, Nurwin.

Menurut Nurwin, sikap Rizieq yang sebelumnya telah mempelesetkan salam Sunda, Sampurasun, menjadi Campur Racun, telah melukai warga Sunda. Apalagi, muncul pernyataan dari FPI bahwa Purwakarta telah darurat akidah. Hal itu membuat warga makin marah.
"Kami bukan tidak mengizinkan acara tetapi sepanjang itu pengajian kenapa tidak. Kita menjunjung tinggi asas pengajian, nilai tinggi religius atau syiar agama silakan. Tapi tidak ada provokasi," kata Nurwin yang berorasi di gedung DPRD Purwakarta.
Dari pantauan, aksi massa ini setelah berorasi di DPRD, mereka pun berkeliling di ruas-ruas jalan Purwakarta untuk menyampaikan seruan mereka tentang penolakan Habib Rizieq ke Purwakarta.

Jay Ajang Bramena/Purwakarta

Related Posts:

Ruhut: Fahri Hamzah dan Fadli Zon Mundurlah, Majikanmu Sudah Lengser!

Jakarta - Politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul ingin agar dua Wakil Ketua DPR yakni Fahri Hamzah dan Fadli Zon mundur dari jabatannya. Soalnya, Ketua DPR Setya Novanto sudah mundur.

"Kalau bicara Fahri Hamzah, sama Fadli Zon, majikannya (Setya Novanto) sudah mundur, maka mereka mundur juga lah. Malu lah," kata Ruhut dengan santai di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (17/12/2015).

Alasannya, Ruhut melihat Fahri dan Fadli sebagai pembela Novanto. Kini yang dibela sudah mundur dari jabatan Ketua DPR. Khusus Fahri, Ruhut menyoroti soal sikap kritisnya.

"Malu lah, dia membela di mana-mana sampai Fahri Hamzah mengkritisi Presiden. Itu simbol negara, apa salahnya Pak Jokowi?" tutur Ruhut.

Wacana kocok ulang Pimpinan DPR tak dipandangnya mendesak untuk direalisasikan. Yang terpenting adalah Fahri dan Fadli mundur saja karena, menurut Ruhut, sudah tidak pantas mengemban jabatannya.

"Pemimpin itu kalau di rumahnya ada kaca, berkaca diri lah. Masih pantaskah gua (saya)? Itu saja. Ya enggak pantas lah," ujarnya.

"Kan kalian tahu dua body guard-nya (Novanto)," sindir Ruhut. 
(dnu/van)

Related Posts:

FAKTA KEHEBATAN JOKOWI MENAKLUKAN KMP & PARA MAFIA

Dari sebelum menjadi presiden sampai menjadi orang nomor satu dinegeri ini Pribadi Presiden Joko widodo memang luar biasa. Selalu bersikap tenang dan menenangkan dalam menghadapi segala fitnah tuduhan keji dan yang lagi rame namanya dicatut oleh Ketua DPR Setya Novanto. Tidak tanggung-tanggung permintaan saham Freeport s/d 20 persen yang disasarkan kepada dirinya. Cara menghadapi fitnah dan isu panas mirip dengan Gus Dur. Tetapi hasilnya jauh lebih efektif, semuanya fitnah pada akhirnya bablas angine, mental tak berbekas.

 Kalau senjatanya Gus Dur yang ampuh menghadapi segala tetek bengek fitnah hanya disikapi dengan “begitu aja kok repot”, maka lain halnya Jokowi sudah sangat terbiasa dalam menghadapi para Poli-Tikus dan mafia yang selalu berusaha menterpurukan beliau, biasanya cukup dengan jawaban “ra po po” artinya tidak apa apa. Tetapi kali ini dijawab oleh Jokowi dengan berkata, tidak mau berpolemik, tidak mau didikte oleh siapapun.

 Namun bila dikaji secara mendalam maknanya adalah legowo tetapi tegas dan berani disertai keteguhan hati, akal sehat, hati nurani dan dukungan rakyat. Diringkas menjadi akal sehat, hati nurani dan dukungan rakyat. Jadi strategi Jokowi kali ini adalah strategi akal sehat, hati nurani dan dukungan rakyat. Terbukti dalam kasus pencatutan namanya oleh SN yang meminta saham Freeport, Jokowi terkesan tidak ambil pusing, semuanya serahkan saja kepada MKD/DPR itu sendiri. Isu panas model Setya Novanto langsung memukul wibawa DPR semakin rusak, terutama partai Gerindra, Golkar dan PKS. Jadi sekali tepuk lima lalat tebunuh. Bukan partainya yang mati, tetapi kepercayaan rakyat Indonesia terhadap ketiga partai tersebut yang mati. Selain itu isu panas akibat ulah SN membuat para pendukung Jokowi marah besar. Mereka rame-rame meminta Setya Novanto mundur, demikian pula dari politisi di DPR yang berasal dari kubu KMP terbelah. Kubu Golkar terbelah, Gerindra terbelah kecuali PKS yang tetap membela SN walau sampai keliang kubur. Oleh sebagian anggota DPR dan para tokoh di republik ini yang masih waras, suara pecat SN sebagai harga mati yaitu bertujuan untuk mengembalikan nama DPR yang sudah sangat terpuruk, dan berbau busuk. Tidak ada jalan lain itulah langkah paling bijak bila ingin DPR mendapatkan kembali kepercayaan rakyat. Para ketua partai di KMP dari Prabowo, Abu Rizal Bakrie semakin galau, pernyataannya maju mundur tidak jelas, yang kelihatan adalah kebingungan. Jika mempertahankan SN nasib partai akan dipertaruhkan, memecat SN sama saja bunuh diri, karena SN adalah kunci keserakahan para cukong hitam yang kini banyak berhubungan dengan partai-partai dalam lingkungan KMP kemungkinan besar termasuk Demokrat. Jika dia buka mulutnya yang bau, sama saja membuka borok yang sangat dalam para petinggi di republik ini dari jaman Suharto sampai dengan SBY. Semua petinggi KMP memerintahkan dengan keras, agar SN sowan kepada pemerintah melalui pintu Jusuf Kalla, menjelaskan kalau SN tidak bersalah, dan meminta maaf. Itulah dampak dari senjata atau katakan saja sebagai strategi Jokowi yaitu akal sehat, hati nurani dan pasti mendapat dukungan rakyat hasilnya sangat efektif. Segala cara yang tadinya telah disusun oleh SN dan kroninya termasuk si MRC untuk menterpurukan Jokowi menjadi musnah seketika, semua sia-sia, bahkan berbalik senjata makan tuan.

 Jokowi tak pernah terluka apalagi tembus dari segala macam fitnah yang dilemparkan SN dan para musuh-musuhnya yang lain. Sikapnya yang wajar berdasarkan akal sehat dan hati nurani dan tidak berlebihan membuat musuh-musuhnya kehabisan akal dan malah mendapat balasan kemarahan dari semua lapisan masyarakat. Tidak disadarinya mereka terjebak dalam lubang jebakan yang dibuatnya sendiri. Para jaringan mafia yang sudah turun temurun terbentuk sejak masa pemerintahan orde baru bentukan Soeharto yang berlanjut tatkala SBY memerintah telah terbiasa menikamati hasil rampokan harta Rakyat Indonesia dengan jalan menjadi calo dan broker pertambangan mineral Minyak dan gas serta usaha lainnya, sekarang mulai ancang-ancang berbalik arah dengan terpaksa kalau mau selamat harus banyak ngomong atau menyampaikan dengan jujur kepada Jokowi. Berani buka-bukaan, demi rakyat bangsa dan negara. Seperti yang dicontohkan oleh Sudirman Said, buka pintu semuanya, setidaknya mengurangi dosa. Bagi partai politik yang sudah terlanjur kotor dengan diputus mata ranta jaringan mafia bisnis mereka oleh Jokowi, pastinya mereka semakin mendendam kepada Jokowi. Tetapi perlu diingat, jangan sekali-kali memukul balik, jelas merupakan perbuatan bodoh. Jokowi tidak seperti setahun lalu. Disamping kekuatan rakyat pendukungnya yang demikian besar, kekuatan di Parlemen sangat signifikan. Ada beberapa cara agar bagi partai penentang Jokowi dapat selamat dalam percaturan politik di Pilkada maupun Pemilu 2019 akan datang. Bersihkan atau copot kadernya yang sudah jelas korup kemudian melakukan kerjasama dengan Jokowi, bersama nawacita berantas koruptor. Kemudian mata rantai semua mafia diputus, dengan cara dan strategi yang dipraktekan oleh Jokowi. Halus dan mematikan, yaitu akal sehat, hati nurani dan pasti mendapat dukungan rakyat. Pelan tetapi pasti, maka akan terbongkar semua sindikat Mafia freeport, pertamina beserta semua calo-calonya. Bagi Setya Novanto sebagai ketua DPR, tokoh Golkar dengan dukungan KMP yang siap memberikan sokongan dana dan kekuatan, sehingga untuk menghadapi situasi sesulit apapun dapat dipastikan biasa dan mudah. Akan tetapi menghadapi Jokowi bukan perkasa yang mudah bahkan paling mustahil dapat dilawannya. Karena sudah berulangkali terbukti, bukan hanya dirinya menjadi tidak berkutik tetapi seluruh jajaran Golkar, dan partai-partai tergabung dalam KMP secara keseluruhan menjadi tak berdaya. Golkar jelas sudah pecah, PPP juga terbelah, PAN malah langsung lengket dengan Jokowi. Maksud hati mendapatkan keuntungan dari memeras semua pertambangan mineral minyak dan gas serta Freeport, tak disangka Jokowi ternyata malah sangat cerdas mustahil dapat memperdayainya. SN bersama broker petral MRC sudah bekerja rapih semua jajaran KMP sudah bekerja penuh hitung-hitungan, ternyata kanan kiri atas bawah ada telinga Jokowi. Mata, tangan dan kaki Jokowi ada dimana-mana. Seharusnya mereka menyadari sepenuhnya kekuatan Jokowi sangat sederhana yaitu akal sehat, hati nurani dan dukungan rakyat, sehingga kaki dan tangan serta panca inderanya adalah rakyat. Yang tidak mungkin dilawan oleh kekuatan manapun juga karena akal sehat hati nurani dan dukungan rakyat sama saja dengan kekuatan Ilahiyah. Ditambah dengan pengaruhnya yang sangat besar sebagai Presiden untuk mendapatkan bukti valid yang selama ini diincarnya atas kejahatan para mafia freeport dan migas lainnya tidak sulit bagi pemerintahan Jokowi. Jika demikian apakah Jokowi yang berinisiatip munculnya rekaman Setya Novanto dengan para petinggi Freeport dan biang Petral? Sama sekali tidak, jauh sekali untuk mempunyai prasangka atau pikiran bahwa itu adalah inisiatip Jokowi. Artinya itikad untuk mengungkap kasus-kasus besar bukan dari pribadi Jokowi akan tetapi atas niat baik para pendukung Presiden Jokowi yang selama ini dinilai merakyat dan berkomitmen besar untuk menegakan nawacita, mengembalikan harta dan kekayaan alam Indonesia kembali dikuasai dan dimiliki sepenuhnya oleh rakyat. Kasus rekaman adalah masalah kecil, jika diminta rakyat akan memberikan bantuannya yang lebih besar dari itu kepada Jokowi, sehingga dengan mudah dapat mendapatkannya, seperti membalikan tangannya. Strategi dan langkah Jokowi tersebut akal sehat, hati nurani dan dukungan rakyat. Berkenaan dengan perkembangan kasus Setya Novanto yang membuat gaduh nasional, apakah MKD akan berpihak kepada SN? Atau MKD mandiri, artinya tidak terkontaminasi oleh racun-racun KMP yang disuntikan oleh ARB, Prabowo dan terutama dendam kesumat dari FH dan para ulamanya di PKS. Ataukah akan berpikir dua tiga kali untuk membalikan keadaan yang tak terduga oleh pihak SN sendiri dan kroni-kroninya. Dapat dibayangkan dampak besar yang pasti dialami oleh KMP apabila MKD nekad mengambil keputusan atas campur tangan KMP. Yang jelas, rakyat sudah terlanjur sangat antipati kepada SN dan Poli-Tikus di DPR terutama dari kalangan partai binaan ARB dan Prabowo serta Tokoh-tokoh berjenggot, balasannya adalah penolakan atas ketiga partai tersebut terutama pada Pilkada maupun Pemilu 2019, yang memlorotkan perolehan suara sangat drastis. Ini bukan ramalan, tetapi hasil hitungan matang dari berbagai perhitungan dampak buruk politik bagi ketiga partai di KMP tersebut apabila ternyata MKD memutuskan bebas terhadap SN. Jadi Jokowi tidak sampai bergerak sedikitpun untuk melawan SN dan kroninya dalam menegakan kebenaran dan pembelaannya terhadap kepentingan bangsa, cukup dengan senjatanya yang sangat ampuh yaitu sikap akal sehat, hati nurani dan dukungan rakyat.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/imamkodrimirkasan/strategi-jokowi-menaklukan-setya-novanto-dan-para-mafia_565dc2043dafbd8c0a1a06e7

Related Posts: